Selasa, 14 Juni 2016

MENENTUKAN NILAI MAXIMUM DAN MINIMUM DENGAN MENGGUNAKAN APLIKASI GEOGEBRA



MENENTUKAN NILAI MAXIMUM DAN MINIMUM
Oleh: SRI WAHYUNI (213120061)

Deskripsi Media:
Ø  Tujuan media         :   
        Untuk mengefektifkan serta memudahkan siswa menyelesaikan soal dalam menentukan nilai maksimun dan minimun pada materi Program Linear.
Ø  Kegunaan Media   :  
     Mengefektifkan penyelesaian soal dalam menentukan nilai maksimun dan minimun pada materi Program Linear, serta jawabannya lebih akurat.

Cara Membuat Media:
SOAL:
Luas daerah parkir 1.760 m2. Luas rata-rata untuk mobil kecil 4 m2 dan mobil besar 20 m2. Daya tampung maksimum hanya 200 kendaraan, biaya parkir mobil kecil Rp 1.000,00/jam dan mobil besar Rp 2.000,00/jam. Jika dalam satu jam terisi penuh dan tidak ada kendaraan yang pergi dan datang. Berapakah penghasilan maksimum tempat parkir tersebut ?
Penyelesaian :
Dari soal di atas maka dapat dibuat model Matematika sebagai berikut :
Misal : mobil kecil (x) dan mobil besar (y)     
Maka :             4x+20y 1760
      x+y   200
F(x) = 1000x+2000y (fungsi optimum)
Selanjutnya kita akan menyelesaikan kasus tersebut dengan sofware GeoGebra, berikut langkah-langkahnya :
1.        Buka program GeoGebra (dari Desktop ataupun dari Start Menu).
2.       Aktifkan kisi-kisi(Gridnya), dengan cara klik Grapics atau klik kanan pada menu geogebra kemudian pilih Grid.
             

3.    Input pertidaksamaan 4x+20y 1760 dan x+y 200  kedalam bentuk persamaan pada bar “Input”. Gunakan tanda sama dengan (=) pada pertidaksamaan agar lebih memudahkan pekerjaan.

  
4.       Setelah menginput kedua persamaan pada bar “Input” selanjutnya klik enter, agar grafik persamaan garis dapat terlihat klik “zoom out”.
 sehingga akan seperti gambar berikut : 

5.       Agar kelihatan menarik kedua garis persamaan tersebut diberikan warna yang berbeda. Klik kanan pada salah satu garis persamaan lalu pilih Object Properties, pada tab color pilih warna yang diinginkan, pada tab style naikkan line thicness agar lebih tebal garisnya. Lakukan hal yang sama pada persamaan garis yang satunya. Sehingga menghasilkan gambar berikut :



6.    Selanjutnya buatlah titik-titik potong sebagai titik uji untuk menentukan nilai-nilai optimum. Karena pertidaksamaan ≤, maka hanya 3 titik yang akan diuji, yaitu titik potong persamaan I dengan sumbu y (titik A), titik persamaan I dan II (titik B) dan titik potong persamaan II dengan sumbu x (titik C).

Cara membuat titik potong pada GeoGebra:
·      klik pada icon kemudian pilih icon intersect two objects.
·      Selanjutnya tinggal klik di garis merah (garis persamaan I) dan klik di sumbu y, secara otomatis akan keluar titik A (0, 88).
·      Kemudian klik diperpotongan garis persamaan I dan II maka didapat titik B (140, 60).
·      Klik garis biru (garis persamaan II) dan klik disumbu y, maka akan keluar titik C (200, 0).
·      Klik juga di sumbu x dan klik di sumbu y, sehingga keluar titik D (0, 0). 
7.      Buatlah arsiran pertidaksamaan tersebut dengan menghubungkan ke empat titik tersebut dengan menggunakan “Polygon”.  Seperti di bawah ini :
Agar kelihatan menarik daerah arsiran yang sudah dipolygonkan tersebut diberikan warna. Klik kanan pada daerah arsiran lalu pilih Object Properties, pada tab color pilih warna yang diinginkan, pada opacity naikkan angkanya agar warnanya lebih terang.

8.     Kemudian hitunglah nilai optimum pada masing-masing titik uji diatas. Fungsi optimum diketahui :
f(x) = 1000x+2000y
Untuk masing-masing titik pada GeoGebra dapat dibuat dengan cara ketikkan pada bar input seperti berikut : 


Jangan lupa klik ENTER setelah menginput.

9.    Lihatlah pada kolom “Algebra”, Nilai pada titik A (NA), Nilai pada titik B (NB), Nilai pada titik C (NC) sudah dikalkulasi oleh GeoGebra. Lihat yang sudah dilingkari :  

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai maximum ada pada titik B (140, 60) senilai Rp. 260.000,- dan nilai minimum ada pada titik A (0, 88) senilai Rp. 176.000,-.


Deskripsi Penggunaan:
Misalkan soalnya seperti di bawah ini:
Luas daerah parkir 1.760 m2. Luas rata-rata untuk mobil kecil 4 m2 dan mobil besar 20 m2. Daya tampung maksimum hanya 200 kendaraan, biaya parkir mobil kecil Rp 1.000,00/jam dan mobil besar Rp 2.000,00/jam. Jika dalam satu jam terisi penuh dan tidak ada kendaraan yang pergi dan datang. Berapakah penghasilan maksimum tempat parkir tersebut ?
Penyelesaian :
Dari soal di atas maka dapat dibuat model Matematika sebagai berikut :
Misal : mobil kecil (x) dan mobil besar (y)     
Maka :             4x+20y 1760
      x+y   200
f (x) = 1000x+2000y (fungsi optimum)
           

Pada program Geogebra input kedua fungsi yaitu 4x+20y 1760 dan x+y   200. Hal ini diperlukan untuk menentukan titik potong garisnya. Selanjutnya buatlah titik-titik potong sebagai titik uji untuk menentukan nilai-nilai optimum. Karena pertidaksamaan ≤, maka hanya 3 titik yang akan diuji, yaitu titik potong persamaan I dengan sumbu y (titik A), titik persamaan I dan II (titik B) dan titik potong persamaan II dengan sumbu x (titik C). Setelah titik ujinya telah didapatkan langkah selanjutnya yaitu mengarsir daerah pertidaksamaan yaitu menghubungkan keempat titik dengan cara mengpoligonkan. Kemudian hitunglah nilai optimum pada masing-masing titik uji yang telah didapatkan pada langkah sebelumnya. Dimana diketahui fungsi optimumnya f(x) = 1000x+2000y. Input fungsi optimun pada titik A dengan cara NA=1000x(A)+2000y(A) begitupun pada titik-titik lainnya sampai pada titik C. Dengan demikian pada Geogebra didapatkan NA=176000, NB=260000, dan NC=200000. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai maximum ada pada titik B (140, 60) senilai Rp. 260.000,- dan nilai minimum ada pada titik A (0, 88) senilai Rp. 176.000,-.







Kamis, 26 Mei 2016

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITON (AIR) DAN YANG DIAJAR DENGAN MODEL VISUALIZATION, AUDITORY, KINESTETIC (VAK).

PROPOSAL
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITON (AIR) DAN YANG DIAJAR DENGAN MODEL VISUALIZATION, AUDITORY, KINESTETIC (VAK).



Disusun Oleh :
SRI WAHYUNI
213 120 061
VI B

Dosen Pembina :
Drs. Mas’ud Badolo M,Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
(UMPAR)
2016












I. PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITON (AIR) DAN YANG DIAJAR DENGAN MODEL VISUALIZATION, AUDITORY, KINESTETIC (VAK).

II. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
    Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mampu membuat siswa belajar mendapatkan ilmu pengetahuan dan pengalaman dengan usahanya sendiri. Oleh karena itu, sebagai guru harus mampu mengelola kelas dengan pembelajaran yang inovatif dan efektif agar hasil pembelajaran ini dapat sesuai dengan tujuannya. Pembelajaran yang inovatif dan efektif ini bukanlah pembelajaran yang semata-mata berlangsung searah atau dilakukan hanya dengan ceramah, seperti pada umumnya. Pembelajaran ini, harus mampu membuat siswa berinteraksi dengan lingkungan dan mampu mengembangkan diri.
      Pada dasarnya permasalahan yang biasa muncul di akhir pembelajaran adalah hasil belajar atau prestasi siswa. Namun, untuk mencapai hasil yang baik perlu dimulai dengan pemilihan dan proses yang baik pula. Persiapan dan aktivitas belajar siswa dalam belajar mengajar akan mempengaruhi hasil belajar.
    Peningkatan kualitas pendidikan khususnya yang menyangkut prestasi belajar selalu diupayakan terus menerus. Di dalam proses belajar mengajar diharapkan guru berkemampuan untuk memilih dan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran yang akan disajikan, karena dengan adanya penggunaan model pembelajaran yang tepat akan membangkitkan ketertarikan siswa terhadap materi yang disajikan dan juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
      Oleh karena itu pemilihan berbagai metode, strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran merupakan suatu hal utama. Model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran. Adapun model pembelajaran yang dinggap efektik digunakan untuk membangkitkan ketertarikan siswa terhadap materi yaitu model Auditory, Intellectualy, Repetiton (AIR) dan model Visualization, Auditory, Kinestetic (VAK).
   Dalam pembelajaran AIR siswa ditekankan agar lebih aktif berpartisipasi dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan idenya. Pada pembelajaran AIR siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan secara komprehensif, serta siswa yang kemampuanya rendah dapat merespon permasalahan mereka sendiri.
    Pembelajaran VAK adalah model pembelajaran yang mengoptimalkan ketiga modalitas belajar yaitu visual, auditory, kinestetik untuk menjadikan siswa merasa lebih nyaman. Pada model pembelajaran ini siswa diberi kesempatan untuk belajar langsung dengan bebas menggunakan modalitas yang dimilikinya untuk mencapai pemahaman dan pembelajaran yang efektik.
    Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Perbandingan Hasil Belajar Matematika Antara Siswa Yang Diajar Dengan Model Auditory, Intellectualy, Repetiton (AIR) Dan Yang Diajar Dengan Model Visualization, Auditory, Kinestetic (VAK)”

B. Identifikasi Masalah
    Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, terdapat masalah – masalah yang berkaitan dengan penelitian ini. Masalah tersebut di indentifikasi sebagai berikut :
  1. Proses pembelajaran yang digunakan dikelas umumnya masih berpusat pada guru (teacher centered) dan model pembelajaran yang digunakan adalah model ceramah.
  2. Siswa cenderumg bersikap pasif dalam proses pembelajaran karena siswa hanya mendengarkan ceramah guru.
  3. Siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran bahkan kurang bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan guru pada saat guru sedang menerangkan di depan kelas.
  4. Siswa lebih menyukai aktifitas lain daripada memperhatikan presentasi guru.
  5. Model pembelajaran Auditory, Intellectualy, Repetiton (AIR) dan Visualization, Auditory, Kinestetic (VAK) belum banyak diterapkan dalam proses pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah
   Mengingat masalah yang tercakup dalam penelitian ini sangat luas maka peneliti membatasinya sebagai berikut :
  1. Objek penelitian ini adalah siswa kelas VII C dan VII D.
  2. Hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model Auditory, Intellectualy, Repetiton (AIR) pada kelas VII SMP NEGERI 6 PANGSID Kabupaten SIDRAP.
  3. Hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model Visualization, Auditory, Kinestetic (VAK) pada kelas VII SMP NEGERI 6 PANGSID Kabupaten SIDRAP.
  4. Perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang diajar dengan model Auditory, Intellectualy, Repetiton (AIR) dan yang diajar dengan model Visualization, Auditory, Kinestetic (VAK) pada kelas VII SMP NEGERI 6 PANGSID Kabupaten SIDRAP.

D. Rumusan Masalah
     Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
  1. Seberapa besar hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model Auditory, Intellectualy, Repetiton (AIR) pada kelas VII SMP NEGERI 6 PANGSID Kabupaten SIDRAP ?
  2. Seberapa besar hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model Visualization, Auditory, Kinestetic (VAK) pada kelas VII SMP NEGERI 6 PANGSID Kabupaten SIDRAP ?
  3. Apakah ada perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang diajar dengan Auditory, Intellectualy, Repetiton (AIR) dan yang diajar dengan model Visualization, Auditory, Kinestetic (VAK) pada kelas VII SMP NEGERI 6 PANGSID Kabupaten SIDRAP ?

E. Tujuan Penelitian
     Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
  1. Untuk mendeskripsikan seberapa besar hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model Auditory, Intellectualy, Repetiton (AIR) pada kelas VII SMP NEGERI 6 PANGSID Kabupaten SIDRAP.
  2. Untuk mendeskripsikan seberapa besar hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model Visualization, Auditory, Kinestetic (VAK) pada kelas VII SMP NEGERI 6 PANGSID Kabupaten SIDRAP.
  3. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang diajar dengan model Auditory, Intellectualy, Repetiton (AIR) dan yang diajar dengan model Visualization, Auditory, Kinestetic (VAK) pada kelas VII SMP NEGERI 6 PANGSID Kabupaten SIDRAP.

F. Manfaat Penelitian
     Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
Siswa diharapkan dapat menemukan dan memahami konsep, terampil menyelesaikan soal dan lebih mendalami materi pelajaran yang diberikan, siswa lebih aktif belajar, bersikap positif, dan bertanggung jawab, memiliki keterampilan sosial serta senang belajar matematika sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Bagi Guru
Sebagai alternatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar, serta menjadi motivasi atau masukan bagi para guru untuk menggunakan model pembelajaran yang berorientasi pada pembelajaran kooperatif.
3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam melakukan penelitian serta memberikan gambaran kepada peneliti sebagai calon guru tentang sistem penilaian dalam pembelajaran.

III. KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Tentang Variabel
    Variabel yang diselidiki dalam penelitian ini yaitu hasil belajar matematika siswa VII SMP NEGERI 6 PANGSID Kabupaten SIDRAP yang diajar dengan model AIR dan VAK.
    Terdapat 2 variabel yaitu (1) Variabel Bebas (Independen Variabel) adalah variabel yang mempengaruhi atau variabel penyebab. Pada penelitian ini Variabel Bebasnya adalah diajar dengan model AIR dan VAK yang dilambangkan dengan (X), dan (2) Variabel Terikat (Dependen Variabel) adalah variabel yang dipengaruhi. Variabel terikat dilambangkan dengan (Y) yaitu hasil belajar.

B. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan
    Hasil penelitian relevan sebelumnya yang sesuai dengan penelitin ini adalah penelitian yang dilkukan oleh Hirawarnia.M (2013) tentang Perbandingan Hasil belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD dan tipe TAI Pada siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bua Ponrang. Jenis penelitiannya yaitu eksperimen.
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan antara model kooperative tipe STAD dengan tipe T AI terhadap hasil belajar siswa.
Dari hasil penelitian terealisasi bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan model kopertive tipe STAD lebih baik dibandingkan dengan yang menggunakan tipe TAI.
  Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah membandingkan dua model pembelajaran yaitu model Auditory, Intellectualy, Repetiton (AIR) dan model Visualization, Auditory, Kinestetic (VAK) . Jenis penelitian yang dilakukan sama-sama menggunakan jenis penelitian eksperimen.
    Perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti terletak pada lokasi, lokasi dalam penelitian ini adalah SMP Negeri 2 Bua Ponrang sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti berada di SMP NEGERI 6 PANGSID Kabupaten SIDRAP.

C. Kerangka Pikir
1. Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki seseorang setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam hal ini belajar dapat diartikan sebagai ukuran berhasil tidaknya seorang siswa dalam proses pembelajaran. Gagne (Tim Dosen, 2009: 2) mengemukakan lima kemampuan manusia yang merupakan hasil belajar sehingga pada gilirannya membutuhkan sekian banyak kondisi belajar untuk mencapainya. Kelima macam kemampuan yang merupakan hasil belajar tersebut adalah:
  1. Kemampuan intelektual ialah sejumlah pengetahuan mulai dari membaca, menulis, berihitung sampai kepada pemikiran yang rumit.
  2. Strategi kognitif ialah kemampuan mengatur cara belajar dan berpikir seseorang dalam arti yang seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah.
  3. Informasi verbal ialah kemampuan mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.
  4. Keterampilan motorik ialah kemampuan yang erat dengan keterampilan fisik seperti keterampilan menulis, mengetik, menggunakan jangka, busur derajat dan sebagainya.
  5. Sikap dan nilai, berhubungan dengan sikap seseorang dengan hal-hal tertentu, seperti kecenderungan menanggapi sikap orang lain yang mungkin bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut.
Menurut Bloom (Suprijono, 2009: 6) bahwa hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.
    Setelah membaca uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah tingkat keberhasilan siswa menguasai bahan pelajaran matematika setelah mengikuti proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu yang dapat dilihat melalui skor hasil belajar siswa setelah pemberian tes sebagai alat ukur hasil belajar.

2. Model Pembelajaran
     Model menurut Mills (1989) adalah bentuk reprensentasi akurat, sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekolompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu.
Pengertian model pembelajaran, merupakan landasan praktik pembelajaran hasilpenurunan teori psikologi pendidikan dan belajar, yang dirancang berdasarkan proses analisis yang diarahkan pada implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di depan kelas.
    Model mengajar dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi peserta didik, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran atau setting lainnya.
Secara umum model pembelajaran diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur secara sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu.

3. Pembelajaran Auditory, Intellectualy, Repetiton (AIR).
    Model pembelajaran AIR merupakan singkatan dari Auditory, Intellectualy, dan Repetiton. Belajar bermodel Auditory ,yaitu belajar mengutamakan berbicara dan mendengarkan. Belajar Auditory sangat diajarkan terutama oleh bangsa Yunani kuno karena filsafat mereka adalah jika mau belajar lebih banyak tentang apa saja, bicarakanlah tanpa henti.
   Menurut Erman Suherman (2008) Auditory bermakna bahwa belajar haruslah melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi.
    Menurut Dave Meier (2003:99) Intellectualy menunjukkan apa yang dilakukan pembelajaran dalam pemikiran suatu pengalaman dan menciptakan hubungan makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Pengulangan dapat diberikan secara teratur pada waktu-waktu tertentu atau setelah unit diberikan, maupun ketika dianggap perlu pengulangan. Intellectualy juga bermakna belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir, haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakan melalui bernalar, menyelidiki, mengindetifikasi, menemukan, mencipta, mengonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.
    Menurut Erman Suherman (2008) Repetiton merupakan pengulangan, dengan tujuan memperdalam dan memperluas pemahaman siswa yang perlu dilatih melalui pengerjaan soal, pemberian tugas, dan kuis. Pengulangan dalam kegiatan pembelajaran dimaksudkan agar pemahaman siswa lebih mendalam, disertai pemberian soal dalam bentuk tugas latihan dan kuis. Dengan pemberian tugas, diharapkan siswa lebih terlatih dalam menggunakan pengetahuan yang didapat dalam menyelesaikan soal dan mengingat apa yang telah diterimah. Sementara pemberian kuis dimaksudkan agar siswa siap menghadapi ujian atau tes yang dilaksanakan sewaktu-waktu serta melatih daya ingat.
    Adapun langkah-langkah model pembelajaran Auditory, Intellectualy, Repetiton (AIR) adalah sebagai berikut :
  1. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok berjumlah 4-5 anggota.
  2. Siswa mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru.
  3. Setiap kelompok mendiskusikan tentang materi yang mereka pelajari dan menuliskan hasil diskusi tersebut dan selanjutnya untuk dipresentasikan di depan kelas (Auditory).
  4. Saat diskusi berlangsung, siswa mendapat soal atau permasalahan yang berkaitan dengan materi.
  5. Masing-masing kelompok memikirkan cara menerapkan hasil diskusi serta dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk menyelesaikan masalah (Intellectualy).
  6. Setelah selesai berdiskusi, siswa mendapat pengulangan materi dengan cara mendapatkan tugas atau kuis untuk tiap individu (Repetiton).


Kelebihan model pembelajaran Auditory, Intellectualy, Repetiton (AIR):
  • Siswa lebih berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan idenya.
  • Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan secara komprehensif.
  • Siswa dengan kemampuan rendah dapat merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri.
  • Siswa secara intrinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan.
  • Siswa memiliki pengalaman banyakk untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan.

Kelemahan model pembelajaran Auditory, Intellectualy, Repetiton (AIR):
  • Membuat dan menyiapkan masalah yang bermakna bagi siswa bukanlah pekerjaan mudah.
  • Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangat sulit sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana merespon permasalahan yang diberikan.
  • Siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka.

4. Pembelajaran Visualization, Auditory, Kinestetic (VAK).
    Model pembelajaran Visualization, Auditory, Kinestetic (VAK) adalah model pembelajaran yang mengoptimalkan ketiga modalitas belajar tersebut untuk menjadikan si belajar merasa nyaman. Model pembelajaran VAK merupakan anak dari model pembelajaran Quantum yang berprinsip untuk menjajikan kesuksesan bagi pembelajarnya di masa depan.
VAK merupakan tiga modalitas yang dimiliki oleh setiap manusia. Ketiga modalitas tersebut kemudian dikenal sebagai gaya belajar. Gaya belajar merupakan kombinasi dari bagaimana seseorang dapat menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi (DePorter, 1999:112).
    Pembelajaran dengan model ini mementingkan pengalaman belajar secara langsung dan menyenangkan bagi siswa. Pengalaman belajar secara langsung dengan cara belajar dengan mengingat (Visual), belajar dengan mendengar (Auditory), dan belajar dengan gerak dan emosi (Kinestetic) (DePorter dkk, 1999).
     Menurut Herdian, model pembelajaran VAK merupakan suatu model pembelajaran yang menganggap pembelajaran akan efektif dengan memerhatikan ketiga hal tersebut (Visualization, Auditory, Kinestetic), dan dapat diartikan bahwa pembelajarandilaksanakan dengan memanfaatkan potensi siswa yang telah dimilikinya dengan melatih dan mengembangkannya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar langsung dengan bebas menggunakan modalitas yang dimilikinya untuk mencapai pemahaman dan pembelajaran yang efektif.
     Adapun langkah-langkah model pembelajaran Visualization, Auditory, Kinestetic (VAK):
a. Tahap Persiapan (kegiatan pendahuluan)
Pada kegiatan pendahuluan, guru memberikan motivasi untuk membangkitkan minat siswa dalam belajar, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang kepada siswa, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk menjadikan siswa lebih siap dalam menerima pelajaran.
b. Tahap Penyampaian (kegiatan inti pada eksplorasi)
Pada kegiatan inti, guru mengarahkan siswa untuk menemukan materi pelajaran yang baru secara mandiri, menyenangkan, relevan, melibatkan panca indra, yang sesuai dengan gaya belajar VAK. Tahap ini biasa disebut eksplorasi.
c. Tahap Pelatihan (kegiatan ini pada elaborasi)
Pada tahap pelatihan guru membantu siswa untuk mengintegrasi dan menyerap pengetahuan serta keterampilan baru dengan berbagai cara yang disesuaikan dengan gaya belajar VAK.
d. Tahap Penampilan Hasil (kegiatan inti pada konfirmasi)
Tahap penampilan hasil merupakan tahap seorang guru membantu siswa dalam menerapkan dan memperluas pengetahuan maupun keterampilan baru yang mereka dapatkan, pada kegiatan belajar sehingga hasil belajar mengalami peningkatan.

Kelebihan model pembelajaran Visualization, Auditory, Kinestetic (VAK):
  • Pembelajaran akan lebih efektif karena mengombinasikan ketiga gaya belajar.
  • Mampu melatih dan mengembangkan potensi siswa telah dimiliki oleh pribadi masing-masing.
  • Memberikan pengalaman langsung kepada siswa.
  • Mampu melibatkan siswa secara maksimal dalam menemukan dan memahami suatu konsep melalui kegiatan fisik, seperti demonstrasi, percobaan, observasi, dan diskusi aktif.
  • Mampu menjangkau setiap gaya pembelajaran siswa.
  • Siswa yang memiliki kemampuan bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar karena model ini mampu melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata.

Kelemahan model pembelajaran Visualization, Auditory, Kinestetic (VAK):
  • Tidak banyak orang mampu mengombinasikan ketiga gaya belajar tersebut. Dengan demikian, orang yang hanya mampu menggunakan satu gaya belajar, hanya akan mampu menangkap materi jika menggunakan metode yang lebih memfokuskan kepada salah satu gaya belajar yang didominasi.

    Dalam hal penguasaan materi dan cara pemilihan metode atau strategi pembelajaran yang sesuai sangat menentukan tercapainya tujuan pembelajaran. Pemilihan dan penguasaan strategi pembelajaran yang tepat serta penguasaan keterampilan dasar mengajar merupakan suatu alternatif dalam usaha meningkatkan mutu pengajaran.
    Pada proses pembelajaran yang berlangsung selama ini, khususnya untuk pembelajaran matematika menunjukkan bahwa siswa cenderung pasif. Motivasi dan kesadaran siswa untuk belajar mandiri masih tergolong rendah. Mereka hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru, enggan untuk bertanya kepada guru maupun teman apabila mereka mengalami kesulitan dalam belajar. Hal ini tentu berdampak pada hasil belajar siswa yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan sekolah.
    Model pembelajaran Auditory, Intellectualy, Repetiton (AIR) dan Visualization, Auditory, Kinestetic (VAK) dipandang efektif karena akan memberikan peluang kepada siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran AIR siswa ditekankan agar lebih aktif berpartisipasi dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan idenya. Pada pembelajaran AIR siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan secara komprehensif, serta siswa yang kemampuanya rendah dapat merespon permasalahan mereka sendiri.
    Pembelajaran VAK adalah model pembelajaran yang mengoptimalkan ketiga modalitas belajar yaitu visual, auditory, kinestetik untuk menjadikan siswa merasa lebih nyaman. Pada model pembelajaran ini siswa diberi kesempatan untuk belajar langsung dengan bebas menggunakan modalitas yang dimilikinya untuk mencapai pemahaman dan pembelajaran yang efektif.
     Walaupun pembelajaran Auditory, Intellectualy, Repetiton (AIR) dan Visualization, Auditory, Kinestetic (VAK) dianggap dapat memberikan dampak positif terhadap hasil belajar siswa. Akan tetapi, belum diketahui apakah masing-masing model tersebut akan menunjukkan hasil belajar yang sama atau hasil belajar yang berbeda apabila kedua model pembelajaran tersebut diterapkan di kelas.

D. Hipotesis Penelitian
     Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah: “Hasil belajar matematika antara siswa yang diajar dengan model Auditory, Intellectualy, Repetiton (AIR) berbeda dengan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model Visualization, Auditory, Kinestetic (VAK)”.
    Untuk menguji hipotesis penelitian tersebut, maka dirumuskan hipotesis statistik sebagai berikut:
H0 : ¬1 = 2 melawan H1 : ¬1 ≠ 2
Keterangan:
1 = parameter rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan model
pembelajaran AIR.
2 = parameter rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan model
pembelajaran VAK.

IV. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
     Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen yang melibatkan dua kelompok, yaitu satu kelompok sebagai eksperimen I dan satu kelompok sebagai kelompok eksperimen II. Kelompok eksperimen I diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Auditory, Intellectualy, Repetiton (AIR) sedangkan kelompok eksperimen II diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Visualization, Auditory, Kinestetic (VAK).

B. Desain Penelitian
     Adapun desain penelitian yang digunakan adalah “Posttest Only Control Group Design” yang modelnya dapat digambarkan sebagai berikut:
R      E1     T1     O1
R      E2     T2     O2
Keterangan:
R : Random
E¬1 : Kelompok eksperimen I
E2 : Kelompok eksperimen II
T1 : Perlakuan (treatment) dengan menggunakan model pembelajaran AIR
T2 : Perlakuan (treatment) dengan menggunakan model pembelajaran VAK
O1 : Hasil belajar setelah diberi perlakuan (treatment) pada kelompok eksperimen I
O2 : Hasil belajar setelah diberi perlakuan (treatment) pada kelompok eksperimen II

C. Tempat Dan Waktu Penelitian
     Penelitian ini dilaksanakan di SMP NEGERI 6 G PANGSID yang beralamat di Jl. Komp Stadion Ganggawa No. 2 kabupaten SIDRAP.
      Waktu penelitian berlangsung selama 2 bulan terhitung sejak proposal ini disetujui.

D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
a. Melakukan observasi awal;
b. Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah;
c. Melakukan studi literatur dari beberapa sumber relevan;
d. Membuat rencana penelitian yang di dalamnya mencakup kegiatan:
  • Memilih rancangan penelitian yang tepat;
  • Menentukan populasi dan memilih sampel;
  • Membagi subjek dalam kelompok eksperimen I maupun kelompok eksperimen II;
  • Membuat dan memvalidasi instrumen;
  • Mengidentifikasi prosedur pengumpulan data dan menentukan hipotesis.

2. Tahap Pelaksanaan
    Pelaksanaan pengajaran yang dilakukan peneliti yaitu selama empat kali pertemuan pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. Pelaksanaan eksperimen dilaksanakan sebagai berikut:
a. Memberikan perlakuan (treatment) pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. Kelas eksperimen I menggunakan model pembelajaran AIR dan kelas eksperimen II dengan model pembelajaran VAK;
b. Memberikan Posttest pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II setelah diberikan perlakuan (treatment).
3. Tahap Akhir
a. Mengumpulkan data kasar;
b. Mengorganisasikan data sesuai dengan variabel yang telah ditentukan;
c. Menganalisis data dan melakukan tes signifikansi dengan teknik statistika yang relevan untuk menentukan tahap signifikasi hasilnya;
d. Membuat kesimpulan.
E. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
    Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP NEGERI 6 PANGSID Kabupaten SIDRAP tahun ajaran 2015/2016 yang terdiri dari 4 kelas yang homogen. Populasi dikatakan homogen karena pada sekolah tersebut tidak diklasifikasikan siswa yang berprestasi pada kelas tertentu.
2. Sampel
   Sampel pada penelitian ini adalah kelas VII B dan VII D. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Cluster Random Sampling. Adapun langkah-langkah pengambilan sampel adalah sebagai berikut:
  • Mengambil dua kelas secara acak dari semua kelas VII SMP NEGERI 6 PANGSID yang ada dengan pertimbangan kelas homogen;
  • Dari dua kelas yang terpilih, diacak lagi untuk menentukan kelas yang akan menjadi kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. Masing-masing kelas yang terpilih diberi perlakuan yang berbeda yakni, kelas eksperimen I diterapkan model pembelajaran AIR sedangkan kelas eksperimen II diterapkan model pembelajaran VAK. Siswa yang terlibat pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II merupakan sampel pada penelitian ini.
F. Metode/ Teknik Pengumpulan Data
    Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan pemberian tes kepada masing-masing kelas eksperimen (eksperimen I dan eksperimen II). Pemberian tes dilakukan setelah kedua kelompok diberikan perlakuan (treatment). Skor pada tes hasil belajar yang terkumpul itulah yang merupakan data hasil belajar yang selanjutnya akan dianalisis dalam penelitian ini.

G. Instrumen Penelitian
    Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa tes hasil belajar. Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui dan membandingkan hasil belajar siswa terhadap materi yang diajar dengan model pembelajaran AIR dan model pembelajaran VAK.

H. Metode/Teknik Analisis Data
     Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua teknik statistika yaitu statistika deskriptif dan statistika inferensial.
1. Statistika Deskriptif
Analisis statistika deskriptif bertujuan untuk menyajikan data atau hasil pengamatan secara singkat dan jelas. Penyajian data tersebut dapat berbentuk distribusi frekuensi, skor ideal, skor terendah, skor tertinggi, nilai rata-rata, median, modus, simpangan baku dan variansi. Analisis statistika deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan skor rata-rata hasil belajar siswa pada materi setelah diajar melalui model pembelajaran AIR dan VAK.
Untuk mengkategorikan hasil belajar siswa digunakan teknik kategorisasi yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional yaitu sebagai berikut:
Teknik Kategorisasi Skor yang Ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional
Skor Kategori
00 – 54 Sangat Rendah
55 – 64 Rendah
65 – 79 Sedang
80 – 89 Tinggi
90 – 100 Sangat Tinggi
Sumber : Nana Sudjana (Tonra, Wilda Syam, 2012: 29)
2. Statistika Inferensial
Statistika inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian dengan menggunakan statistik uji-t. Namun sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan langkah awal dalam menganalisis data secara spesifik. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak. Pada penelitian ini digunakan uji Sample Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi 5% atau 0,05, dengan kriteria:
Jika Pvalue ≥ 0,05 maka data berasal dari distribusi normal
Pvalue< 0,05 maka data berasal dari distribusi tidak normal b. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk menyelidiki variansi kedua sampel sama atau tidak. Uji yang digunakan adalah uji Levene’s Test. yang bertujuan untuk mengetahui apakah variansi data homogen. Data hasil belajar matematika yang diperoleh dikatakan homogen jika Pvalue ˃α. Untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan, maka dilakukan dengan menggunakan uji-t. Pada pengujian ini digunakan uji perbedaan dua rata-rata (Independent Sample T Test) dengan kriteria pengujian hipotesis H0 ditolak atau H1 diterima jika P < , artinya ada perbedaan antara kedua perlakuan yang diberikan. Sebaliknya H0 diterima atau H1 ditolak jika P > , artinya tidak ada perbedaan antara kedua perlakuan yang diberikan.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Hamzah, Muhlisrarini.2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada

Shoimin, Aris.2016. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta:Ar-Ruzz Media.

Tim Dosen, 2009. Teori Belajar Pembelajaran. Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar.

Indra. 2009. Hasil Belajar (Pengertian dan Definisi). http://indramunawar.blogspot.com. Diakses 14/05/2016.

Diakses 14/05/2016.